Aksara Jawa secara resmi disebut juga Aksara Dentawyanjana adalah salah satu aksara tradisional yang lahir tumbuh di pulau Jawa. Aksara Jawa bentuk modern saat ini dari perkembangan aksara Kawi yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Jawa. Aksara ini juga disebut Aksara Hanacaraka atau juga disebut Aksara Carakan berdasarkan bunyi lima aksara pertamanya.
Aksara Jawa pada mulanya digunakan untuk menulis naskah-naskah di kerajaan Islam seperti Kesultanan Mataram yang diteruskan sampai Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta pada masa kini. Namun di lingkungan masyarakat Jawa, pengunaan aksara Jawa semakin menurun dari generasi ke generasi berikutnya. Hal ini terjadi sejak ortografi Jawa berganti menjadi huruf latin pada tahun 1926. Dan sampai sekarang penulisan bahasa Jawa di hampir semua media menggunakan huruf Latin. Hanya beberapa majalah bahasa Jawa yang masih memuat aksara Jawa dalam berbagai artikelnya, seperti majalah Jaya Baya, Mekarsari, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, dll. Di dunia pendidikan aksara Jawa juga masih diajarkan sebagai muatan lokal pelajaran Bahasa Daerah dari tingkat SD sampai SMP di provinsi-provinsi yang mayoritas berbahasa Jawa.
Seiring perkembangan teknologi, terus ada upaya untuk melestarikan aksara Jawa di berbagai multi media elektronik. Komputerisasi aksara Jawa terus dikembangkan. Menciptakan berbagai macam software font-font aksara Jawa dan aplikasi aksara Jawa. Baik di komputer berbagai basis operating system, dan juga aplikasi smartphone dengan basis operating system Android.
Seiring perkembangan teknologi, terus ada upaya untuk melestarikan aksara Jawa di berbagai multi media elektronik. Komputerisasi aksara Jawa terus dikembangkan. Menciptakan berbagai macam software font-font aksara Jawa dan aplikasi aksara Jawa. Baik di komputer berbagai basis operating system, dan juga aplikasi smartphone dengan basis operating system Android.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar